Jumat, 06 Maret 2009

Pembunuhan

Pemain :
  1. Carissa Erani
  2. Chichi Rahayu
  3. Debby Rizqie
  4. Fitri Andriyani

Bagian I
Malam hari di sebuah villa yang agak jauh dari pemukiman penduduk, tinggal empat orang sahabat yang sedang berlibur, yaitu Carissa, Debby, Chichi, dan Fitri. Keempat sahabat itu sedang berkumpul di ruang keluarga.
Chichi : Villa ini agak nyeremin yah…….?
Carissa : (
sambil membaca novel Agatha Christie) Benar.
Fitri : (
berwajah kesal) Eh, sudah untung aku mau minjamin villa ini untuk liburan kita. Kamu jangan seenaknya menghina villa ini donk…!!!
Chichi : (
dengan suara pelan) Aku tidak bermaksud menghina………
Fitri : Yang tadi itu namanya menghina!!! Dasar tulalit!!!!
Debby : Stop……!!! Fit, kamu jangan menghina Chichi lagi..!!! Sudah terlalu sering kamu menghinanya.
Fitri : Dia memang pantas dihina, cewek jelek miskin kayak gitu ga’ pantes dikasihani.
Debby : (
geram) Kamu………….
Carissa : (
berdiri sambil memukul meja) Aku ke kamar dulu, aku bosan!!! Setiap hari kalian selalu saja bertengkar untuk hal-hal yang sama sekali ga’ penting!! (meninggalkan ruang keluarga)
Chichi : (
terdiam sambil memainkan gelangnya)
Fitri : Cih…..!!! Aku juga mau ke kamar (
menyusul Carissa meninggalkan ruang keluarga)
Debby : Aku sangat benci anak itu! Mentang-mentang anak orang kaya, dia seenaknya saja menghina orang lain. Bahkan itu temannya sendiri dia tidak peduli! Selama ini aku tahan berteman dengannya hanya karena kamu. Tapi hari ini dia sudah sangat keterlaluan!
Chichi : Sudahlah………. aku sudah biasa dengan hal itu. Aku juga mau ke kamar, kamu mau ikut?
Debby : Iya, aku ikut!
Chichi dan Debby kembali ke kamar mereka.

Bagian II
Dua jam kemudian, Debby menuju kamar Fitri untuk memanggilnya makan. Sementara itu, di dalam kamar Fitri, Chichi sedang menyumpal mulut Fitri yang sedang duduk di meja belajar dengan sapu tangan yang sudah dilumuri aether. Fitri berusaha melepaskan dekapan tangan di mulutnya, tapi sia-sia, yang terlepas hanyalah gelang yang dipakai Chichi. Gelang itu jatuh ke atas pangkuan Fitri tanpa disadari pemiliknya. Fitri terkulai lemas, menandakan dia sudah terbius. Chichi kembali memasukkan sapu tangannya ke sakunya.
Debby : (
mengetuk pintu kamar Fitri) Fit……. Waktunya makan malam!
Chichi : (
memandang ke arah pintu dengan wajah ketakutan)
Debby : (
kembali mengetuk pintu) Fit…. Kamu ada di dalam kan?Tetap tak ada jawaban.
Chichi : (
mengeluarkan pisau kecil dari saku roknya, kemudian dengan panik menyayat-nyayat pergelangan tangan Fitri. Darah segar langsung menyembur dari luka sayatan itu)
Carissa : (
keluar dari kamarnya dan mendekati Debby) Kenapa By?
Debby : Eh Sa! Kamu dengar Fitri keluar ga? Dari tadi aku panggil-panggil tapi ga’ nyahut-nyahut.
Carissa : Nggak tuh! Dari tadi aku tidak mendengar dia meninggalkan kamarnya. Kamarku kan tepat di depan kamarnya.
Debby : Tapi dari tadi aku panggil-panggil kok ga’ nyahut-nyahut, ya? Kamu yakin dia ada di dalam?
Carissa : Iya… aku yakin banget.
Chichi : (
melihat ke arah pintu lagi. Kemudian meletakkan pisau yang digunakannya untuk menyayat pergelangan tangan Fitri di atas meja belajar di sisi kepala Fitri. Kemudian keluar menuju kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar Fitri melalui beranda)
Debby : Kalau pintunya kita dobrak saja, gimana?
Chichi : (
keluar dari kamarnya dengan wajah tak bersalah dan memasang wajah kesal seperti orang yang terganggu tidurnya) Ngapain ngumpul di depan kamar?! Ribut lagi…!! Gangguin orang lagi tidur aja!
Carissa : Sori Chi. Kami ga’ bermaksud bangunin kamu. Kami mau manggil Fitri untuk makan malam, tapi dari tadi dipanggil dia ga’ nyahut juga.
Chichi : Mungkin dia sedang jalan-jalan kali…. Gimana kalo kita cari aja?
Debby : (
berpikir) Oke, kita cari dia. Tapi aku tak yakin dia lagi jalan-jalan. Itu kan bukan kebiasaannya.
Carissa : (
mengangguk) Jadi gimana?
Debby : Mari kita cari dia di sekeliling villa ini.
Kemudian Chichi, Debby, dan Carissa meninggalkan tempat itu. Mereka mencari Fitri di semua tempat. Mereka terus mencari sehingga tak terasa mereka sudah menghabiskan waktu dua jam. Dalam jangka waktu itu, Chichi selalu berusaha menjauhkan Carissa dan Debby dari kamar Fitri.

Bagian III
Mereka bertiga kembali berdiri di depan kamar Fitri.
Debby : Oke, aku udah capek. Kita sudah berulang kali mencari dia ke semua ruangan dan daerah sekitar villa ini, tapi tetap tidak ketemu juga. Perkiraanku benar. Dia tidak mungkin sedang keliling villa, tapi kenapa dari tadi di panggil dia tidak menyahut?
Chichi : Mungkin sesuatu terjadi pada Fitri.
Carissa dan Debby saling pandang.
Carissa : Kita dobrak pintunya!!
Debby : (
mengangguk)Buk……… buk………… buk………. Debby dan Carissa mendobrak pintu kamar Fitri. Pintu menjeblak terbuka. Terlihat Fitri duduk di atas kursi dengan posisi kepala terletak lemas di atas meja belajar. Dari tangan kanannya terlihat cairan merah kehitaman menetes ke lantai yang sudah digenangi oleh cairan yang sama. Itu adalah darah Fitri. Di dekat kepalanya terletak sebuah pisau kecil yang ujungnya berlumuran darah.
Chichi : Kyaa……!!!!!!!!!!
Carissa memasuki kamar tanpa memedulikan teriakan histeris Chichi, dan menyentuh pergelangan tangan kiri Fitri.
Carissa : Dia sudah meninggal.
Chichi : Tidak………………………..!!
Debby : (
melangkah maju ingin masuk ke dalam untuk melihat keadaan fitri)
Carissa : Berhenti!! Jangan masuk, nantu merusak TKP!!
Debby : (
berhenti melangkah)
Carissa : By, telpon polisis!
Debby : Oke. (
mengeluarkan HP dari saku roknya)
Carissa : (
meninggalkan kamar)
Chichi : Tidak mungkin……..!!! Tidak mungkin…….!!!!! (
menutup wajahnya, pura-pura menangis)
Debby : Tidak apa-apa, polisi akan segera datang. (
menenangkan Chichi)
Chichi : Kenapa dia bunuh diri?
Debby : (
hanya diam)
Carissa : (
kembali ke kamar dengan sarung tangan di tangannya, kemudian memeriksa seluruh ruangan termasuk tubuh Fitri)
Debby : Apa alasannya bunuh diri?
Carissa : Dia tidak bunuh diri, melainkan dibunuh.
Chichi : Dibunuh? Tidak mungkin! Pintu kamarnya kan terkunci. Dia pasti bunuh diri. Kalau memang dia dibunuh, siapa pelakunya?
Carissa : Di novel detektif maupun komik detektif hal seperti itu sering terjadi. Kasus pembunuhan yang seperti bunuh diri. Lagipula kita semua bisa membuka dan mengunci pintu kamar ini karena kunci cadangan semua ruangan di villa ini tersimpan di dapur.
Semuanya diam, kemudia Debby dan Chichi memperhatikan Carissa.
Carissa : Jadi begitu!!
Chichi : Apanya yang begitu?
Carissa : Aku sudah tahu siapa pelakunya.
Chichi : Hah? Secepat itukah??
Carissa : Of course, ini kasus yang tergolong mudah.
Debby : Kalau begitu, siapa pelakunya?
Carissa : Ada empat petunjuk. Yang pertama bau. By, ke sini dan cium bau di sekitar wajah Fitri.
Debby : Uh………… ada bau yang aneh!!
Carissa : Itu adalah bau Aether, obat bius. Sebelum dibunuh, Fitri dibius dulu, sehingga saat pelaku menyayat pergelangan tangannya dengan pisau ini dia berada dalam kondisi tidak sadar, dan tidak merasakan apa-apa.
Chichi : Tapi…………………
Carissa : Petunjuk kedua, luka sayatan pada pergelangan tangan Fitri. By lihat luka ini. Bagaimana pendapatmu?
Debby : (
memperhatikan luka sayatan Fitri) Banyak sayatannya…..
Carissa : Luka itu menunjukkan bahwa saat menyayat pergelangan tang Fitri, pelakunya panik karena ada orang di luar kamar Fitri, sehingga menyayatnya dengan terburu-buru, dan menghasilkan banyak luka sayatan. Biasanya orang bunuh diri tidak menyayat pergelangan tangannya berkali-kali, tapi cukup satu sayatan kuat yang mampu memutus urat nadi. Hal ini menguatkan dugaanku bahwa ini adalah pembunuhan.
Debby : Jadi pelakunya?
Carissa : Petunjuk ketiga adalah beranda. Beranda kamar Fitri dan kamar disebelahnya hanya dibatasi oleh dinding yang tingginya selutut, jadi orang yang menempati kamar di sebelah kamar Fitri tidak mengalami kesulitan untuk menyeberang ke kamarnya. Jadi bisa di simpulkan bahwa pelakunya adalah orang yang menempati kamar di sebelah kamar Fitri, yaitu kamu Chichi.
Chichi : Aku?? Ha…. Ha…. Ha…. Kamu jangan bercanda! Meskipun aku menempati kamar disebelah kamar Fitri, belum tentu aku pelakunya. Bisa saja kamu atau Debby yang masuk ke kamar Fitri melalui kamarku!
Carissa : Petunjuk keempat, benda ini. (
memperlihatkan benda yang dari tadi dipegangnya) kamu mengenali ini kan Chi?
Debby : Itu kan gelang kesayangan Chichi…!!!
Carissa : Ya…!! Kenapa gelang ini bisa ada di atas pangkuan Fitri? Tidak mungkin gelang ini berpindah tempat sendiri.
Debby memandang Chichi yang tertunduk. Tubuhnya gemetaran.
Carissa : Gelang ini mungkin terjatuh saat kamu membiusnya. Fitri memegang tanganmu berusaha melepas sumpalan di mulutnya. Kemudian gelangmu terjatuh, dan kamu tidak menyadarinya.
Chichi : Ta…….. tapi…….. bisa saja salah seorang dari kalian sengaja memakainya untuk menjebakku!!
Carissa : Saat aku melewati kamu tadi untuk mengambil sarung tangan, aku mencium bau yang samar-samar dari tubuhmu. By, periksa saku roknya!
Debby mengangguk dan memeriksa saku rok Chichi. Dia menemukan sapu tangan basah dan berbau. Baunya sama dengan bau yang tercium dari wajah Fitri.
Carissa : Sapu tangan itu adalah saksi bisu bahwa kamulah pelakunya. Sapu tangan itulah yang kamu gunakan untuk membius Fitri. Lagipula, ada bukti lain. Saat tim penyidik memeriksa pisau itu nanti, mereka pasti akan menemukan sidik jarimu di sana. Aku yakin sekali bahwa kamu sama sekali tidak kepikiran untuk menggunakan sarung tangan saat beraksi tadi. Itu adalah bukti kuat. Kamu tidak bisa mengelak lagi, Chi!! Chichi kembali tertunduk. Semua menatapnya.
Chichi : Dia……….. dia………. Aku benci sekali padanya. Mentang-mentang anak orang kaya, seenaknya saja menghina orang lain!! Apalagi aku!! Aku muak, kesabaranku sudah mencapai puncaknya! Aku sakit hati mendengar hinaannya kepadaku! Aku benci dia……………!!!!
Suara sirine mobil polisi terdengar di kejauhan. Chichi tertunduk di lantai dan menangis sekeras-kerasnya. Dia merasakan penyesalan di hatinya. Carissa memandang tubuh kaku Fitri dengan wajah sedih.





ah...... yg nulis naskah ini adalah gw....
sumpah........ pas gw baca lagi tuh drama sekarang....
gw cuma bisa geleng2 pala.... "bisa ya, gw bikin drama kek gini..... pa yg da di pikiran gw si, waktu itu????"
gw jadi bertanya2 ndiri.........