Minggu, 18 September 2011

Pertanyaanku

Ada banyak note tentang pertanyaan yang di tag kepada saya. Hampir semuanya bertanya tentang masalah Tuhan dan agama. Saya jadi ikut bertanya-tanya...
1. Siapakah Tuhan itu sebenarnya?
2. Kenapa banyak orang, termasuk saya, bisa begitu mencintai-Nya padahal kami tidak pernah bertemu secara langsung dengan-Nya di dunia ini?

Kemudian, ada lagi pertanyaan-pertanyaan yang memang sudah lama muncul di pikiran saya...
3. Kenapa kita memilih untuk hidup sementara terdapat pilihan lain yaitu mati?
4. Pernahkah muncul di pikiran kalian keinginan untuk melarikan diri dari hidup ini? Rencana apakah yang kalian susun untuk melarikan diri dari hidup itu? Jika tidak pernah, kenapa?
5. Jadi, apa makna hidup itu?

Minggu, 17 Juli 2011

Kisahku

Sudah empat kali aku jatuh cinta. Namun tidak satupun dari keempat kisah cintaku itu yang berakhir bahagia. Semuanya selalu berakhir dengan tangis.

Kisah cinta yang pertama, aku agak beruntung menurutku dibandingkan kisah cinta yang lainnya. Kami sampai pada tahap pacaran. Namun setelah 6 bulan, dia minta putus dengan alasan yang tidak bisa aku ingat sampai sekarang saking tidak jelasnya alasan tersebut. Aku menangis semalaman setelah peristiwa itu di kamarku. Aku baru bisa melupakannya 3 tahun kemudian setelah, akhirnya, memberanikan diri menyatakan cinta kepadanya. Selama kami pacaran, jujur saja, aku tidak pernah mengatakan bahwa aku menyukainya. Mungkin hal ini yang menyebabkan kami putus? Dan mungkin juga hal ini yang menyebabkan aku tidak bisa melupakannya sampai dengan 3 tahun lamanya.

Kisah cinta yang kedua, kami hanya sampai pada tahap berteman. Selama masa berteman itu dia selalu memberikan lampu hijau kepadaku hingga akhirnya aku pun berharap dan siap menyatakan cinta. Namun belum sempat aku menyatakan cinta, teman dekatku yang satu kelas dengannya datang kepadaku membawa kabar bahwa dia telah jadian dengan gadis lain yang juga satu kelas dengannya. Aku kaget sekali mendengarnya. Padahal baru dua hari yang lalu dia mengatakan kepadaku bahwa dia tidak rela kalau aku dekat dengan temannya jadi tidak mungkin dia menjodohkan aku dengan temannya itu. Sekali lagi kisah cintaku berakhir. Aku menangis patah hati di kelas selama pelajaran berlangsung.

Kisah cinta ketiga, kali ini aku lebih aktif. Aku memberanikan diri untuk mencari tahu segala hal tentangnya, mengejarnya, dan akhirnya membuat rencana untuk menyatakan cinta kepadanya di hari ulang tahunnya. Akan tetapi, di hari ulang tahunnya itu dia kabur karena tahu akan rencanaku. Hari-hari berikutnya pun dia terus menghindariku setiap kali kami berpapasan. Berakhir lagi tanpa aku sempat menyatakan perasaanku. Kisah cintaku yang ini tidak terlalu menyedihkan menurutku, meskipun selama aku berusaha menarik perhatiannya itu aku sering sekali menangis karenanya. Akhirnya begitu lulus SMA dan kuliah aku malah bisa berteman dengannya dan sering mengobrol dengannya.

Kisah cinta keempat, yang baru-baru ini terjadi (bukan baru-baru juga sih, udah 3 tahunan jugalah kira-kira). Aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya di hari pertama aku kuliah semester satu. Setelah mengetahui siapa dia, aku sadar bahwa hal ini adalah sebuah kesalahan untukku karena dia adalah senior yang sangat populer di kampus. Akan sangat sulit sekali menggapainya. Tapi syukurlah, di semester dua aku dekat dengan seorang teman yang juga dekat dengannya. Kumanfaatkan. Aku minta dikenalkan dengannya. Namun, sekali lagi, sayang sekali. Baru saja aku menemukan harapan baru, aku mendapatkan kabar lagi dari teman dekatku yang lain bahwa dia baru saja jadian dengan gadis lain. Sekali lagi aku menangis semalaman, patah hati untuk yang keempat kalinya. Teman dekatku yang juga dekat dengannya itu tahu bahwa aku menangis karena hal itu, dia kemudian marah-marah kepada cowok yang aku sukai itu karena telah membuat aku menangis. Karena hal ini dia jadi penasaran kepadaku. Tentu saja dia tidak tahu orang yang menangis itu aku karena temanku itu tidak memberitahu namaku kepadanya. Dia terus-menerus menanyakan “siapa orang yang menangis itu?” kepada temanku. Akan tetapi temanku tidak mau memberitahunya karena aku yang menyuruhnya demikian. Hingga akhirnya, karena hasutan temanku itu dan teman dekatku yang lain tadi, aku memberanikan diri mengirimkan sebuah puisi kepadanya. Puisi cinta tentang dirinya. Aku tidak mengharapkan apa-apa dari puisi itu. Aku hanya ingin dia tahu akulah “orangnya”. Esoknya, setelah aku mengirimkan puisi itu, kami bertemu di kampus. Sebenarnya aku sangat tidak mengharapkan hal ini terjadi karena aku merasa tidak punya muka untuk bertemu dengannya. Selama di kampus dia terus saja bolak-balik ke lobi, tempat aku dan teman-temanku itu duduk, dan terus melihatku. Mungkin dia sangat penasaran denganku, tapi hal itu benar-benar membuat jantungku tidak kuat. Akhirnya dia tahu, begitu pikirku di dalam hati. Sampai sekarang, saat aku mengetik cerita ini, aku masih menyukainya. Entah kapan aku baru bisa melupakannya. Sudah hampir 3 tahun padahal...

Begitulah keempat kisahku dengan empat cowok yang berbeda. Empat juga cara yang kugunakan untuk memperjuangkannya. Namun, tidak satupun yang berhasil. Mungkin mereka memang tidak ditakdirkan untukku. Kalau begitu kapan orang yang ditakdirkan untukku akan datang? Saat cinta kelima mendatangiku? Ataukah aku harus patah hati lagi dan menunggu datangnya cinta berikutnya? Hah........

Kamis, 21 April 2011

Dear Diary


Dear diary
Hmm…. Hari ini aku menjalani kegiatan yang membosankan. Sekolah… belajar… berpura-pura dihadapan orang-orang yang disebut “teman”…. Dan kegiatan lainnya seperti hari-hari yang lalu.
Hah… bosan juga hidup seperti ini. Aku ingin sekali merubahnya. Tapi, gimana caranya yah, diary? Hmm… Menurutmu aku harus gimana ya?
Hah… benar-benar bingung.
Hmm… Sekarang jam sembilan malam. Ah… sudah waktunya tidur.
Kalo gitu, aku tidur dulu yah, diary. Besok malam kita sambung lagi obrolannya.
Bye…
Yuri

Dear diary
Hai! Sesuai janji. Aku datang.
Hari ini ada yang berbeda di kegiatanku. Aku senang sekali. Hari ini ada seorang “teman-ku” yang kecelakaan. Kami semua pergi menjenguknya ke rumah sakit. Keadaan dia parah sekali. Tetapi, aku berterima kasih kepadanya. Karena dia, hari ini tidak terasa membosankan. Aku pergi ke tempat yang sudah lama sekali ingin aku datangi, rumah sakit.
Hmm… kalau dia meninggal, berarti aku akan pergi ziarah ke tempat pemakaman, donk ya?? Wah… Ide bagus juga tuh pergi ke pemakaman. Kali aja aku melihat hal-hal aneh… semoga saja… hi… hi… hi…
Tapi diary, kenapa aku tetap saja merasa bosan yah??? Memang sih aku senang hari ini ada yang berubah, tetapi tetap saja terasa membosankan. Kenapa yah?
Hah… bingung!
Diary, menurutmu kenapa, ya?
Wah, tanpa terasa sudah jam sembilam lagi… aku harus tidur nih.
Bye diary, sampai jumpa besok. Doakan semoga aku bisa pergi ke pemakaman.
Yuri

Dear diary
DIARY! Kamu pasti tidak mendoakan aku. Hari ini aku tidak pergi kemana-mana. Hari-hariku kembali membosankan. Argh! Kenapa sih dia masih hidup juga hari ini? Padahal sudah tertabrak begitu parah? Ah… kesel!!
Pokoknya, besok harus ada hal baru.
Diary! Jangan lupa berdoa ya!!
Yuri

Dear diary
Diary! Tahu ga... Tahu ga!! ada yang baru loh. Senangnya... Ada seorang “teman-ku” lagi yang tiba-tiba gantung diri di toilet sekolah. Wah, aku kaget banget waktu pertama kali menemukannya. Ah, senang deh. Aku bisa pergi ke pemakaman.
Asyik!
Besok pake baju apa ya?
Oh iya, satu lagi diary. Aku melihat langsung lho pas dia mau gantung diri. Benar-benar menegangkan. Bikin deg-deg-an. Seru juga yah ternyata.
Ah, diary! Makasih ya doanya.
Senang deh ^.^
Wah! Udah jam sembilan lagi. waktu emang ga’ kerasa kalo lagi senang yah.
Aku tidur dulu yah.
Bye diary…
Yuri

Dear diary
Diary, hari ini aku sudah melihat hal yang seharusnya tidak boleh aku lihat!! Aku melihat seorang “teman-ku” yang lain mendorong hingga jatuh “teman-ku” yang lainnya dari lantai tiga gedung sekolahku. Aduh, deg-deg-an lagi. Orang-orang sekitarku aneh-aneh semua. Beberapa hari sebelumnya ada yang tertabrak mobil dan masih koma hingga sekarang. Lalu esoknya ada yang gantung diri. Setelah itu, hari ini ada pembunuhan. Mengerikan! Sungguh mengerikan. Hal mengerikan yang keren banget!
Hmm, aku mau nulis apalagi ya? Oh iya, hari ini aku pergi ke kantor polisi lho. Aku jadi saksi mata. Keren ga? Wah, hari-hariku tidak membosankan lagi. Benar-benar menyenangkan.
Lagi-lagi aku lupa waktu. Udah jam sembilan aja.
Ya udah kalo gitu diary. Aku tidur dulu yah.
Bye……
Yuri

Dear diary
Aku marah! Kenapa sih semua orang menuduhku melakukannya? Padahal kan, aku hanya merasa bosan. Kenapa mereka malah menuduhku yang tidak-tidak. Aku tidak pernah melakukannya. Aku tidak pernah menabrak temanku dengan mobil waktu hari senin pagi itu, aku ga’ pernah menggantung temanku yang sudah tidak sadarkan diri karena tercekik pada hari rabu pas istirahat siang itu, aku juga ga’ pernah menjebak temanku sehingga mendorong temanku yang lain dari gedung sekolah lantai tiga waktu pulang sekolah itu. Aku ga’ pernah melakukan apa-apa. Aku hanya merasa bosan.
Kamu sendiri tahu itu kan diary?
Kenapa mereka tidak mau percaya?
Menyebalkan!!
Mereka harus menerima akibatnya. Mereka harus diam!
Aku benar-benar marah!
Kalo gitu aku tidur dulu diary!!! Sekarang udah jam sembilan soalnya!!!
Yuri

Dear diary
Hari ini minggu. Tapi, aku tetap pergi ke sekolah karena ada kegiatan bersih-bersih. Lucu ya, padahal ada kejadian yang mengejutkan. Tetapi, sekolah tetap jalan.
Diary, tahu ga? Akhirnya mereka percaya juga. Akhirnya mereka tidak ngomong macam-macam lagi. Mereka ga’ akan pernah bicara lagi.
Ha... ha... ha... aku senang banget.
Kenapa yah mereka tiba-tiba berhenti bicara? Apa karena makanan yang aku berikan sudah meluluhkan hati mereka??? Ah, mungkin saja kan diary. Aduh! Aku baru ingat. Kalo tidak salah aku memasukkan sesuatu ke dalam makanan itu. Aku memasukkan apa ya?? Aduh, aku lupa. Ha... ha... ha... Hmm… Apa ya? Kalo ga’ salah sejenis racun tikus deh.
Ah, sudahlah! Lupakan saja. Yang penting mereka sudah diam.
Hah… senangnya. Tidak pernah aku sesenang ini. Seminggu ini benar-benar membuatku senang.
Oh iya! Tadi aku baru membaca sebuah buku. Buku tentang filsafat gitu. Katanya ada cara untuk menghilangkan penderitaan lho. Wah, kebetulan sekali kataku. Aku langsung membacanya dengan seksama. Terus ya diary, tahu ga’ apa katanya, cara menghilangkan penderitaan adalah dengan bunuh diri!! Itu Schopenhaeur lho yang ngomong.
Wah, keren banget. Pantesan yah “teman-ku” itu bunuh diri..
Hmm, sayangnya hari ini aku sedang tidak menderita. besok-besok deh. Kalo aku lagi menderita baru aku bunuh diri.
Aduh, lagi-lagi jam sembilan. Nah, aku tidur dulu ya diary.
Bye………..
Yuri

Seorang wanita setengah baya menagis tersedu-sedu setelah membaca sebuah buku harian berwarna biru. Dia memeluk buku itu dengan hati yang hancur berkeping-keping. Dia tidak percaya anak yang sangat dicintainya bisa seperti itu. Selama ini dia selalu menyangka bahwa anaknya adalah seorang anak perempuan yang manis, penurut, yang sangat menyayangi teman-temannya.
Seorang dokter wanita setengah baya juga, yang berwajah sangat lembut, menghampiri ibu itu.
“Dok…. Kenapa anak saya bisa seperti ini?? Saya tidak pernah salah mendidiknya. Saya selalu mengajarkan kedisiplinan kepadanya. Saya juga selalu mengajarkan untuk menjadi anak yang baik dan membuat bangga orang tua. Kenapa Yuri malah jadi seperti ini??” seru wanita setengah baya itu begitu sang dokter berdiri di dekatnya.
“Bagi Ibu, cara mendidik itu tidak salah. Tapi, bagi Yuri, itu mungkin berbeda. Membuat dia menjadi tertutup, terus memaksakan diri, dan selalu berpura-pura.” kata dokter itu lembut.
Wanita setengah baya itu terdiam mendengar kata-kata dokter itu.
“Yuri sudah tenang. Ibu sudah boleh melihatnya.” lanjut dokter itu.
Wanita setengah baya itu segera mengangguk dan kemudian masuk ke dalam kamar pasien. Seorang gadis yang terlihat sangat pucat, bernama Yuri, terbaring lemas di atas tempat tidur di kamar itu. Wanita itu kembali menangis begitu melihat keadaan anaknya. Dia langsung memeluk anak semata wayangnya itu.
“Maafin mama sayang… mama tidak akan mengulanginya lagi… mama akan mendengarkan apapun yang kamu katakan… Maafin mama… Maafin mama…” isak wanita itu.
Yuri terlihat seperti tidak mendengarkan perkataan Ibu-nya itu. Matanya terus menatap langit-langit kamar rumah sakit jiwa itu

Dear diary
Hari ini aku merasa sangat menderita. Aku benar-benar muak dengan hidup ini. Aku bosan seperti ini. Membunuh semua teman-temanku hanya memberi kepuasan sementara. Kesepian tetap saja tidak mau beranjak.
Aku ingin mati!! Aku ingin bunuh diri!!!
Tapi, aku baru ingat sesuatu. Sepertinya ada yang terlewat olehku saat membaca buku filsafat kemaren. Oh iya! Ada cara lain lagi agar terbebas dari penderitaan. Kata schopenhaeur, cara lainnya yaitu menjadi gila. Apa aku memilih menjadi gila saja ya? Sepertinya menyenangkan juga.
Ha… ha… ha… ha…
Bye diary-ku tersayang……
Yuri

-THE END-

The Story

Semalam aku bermimpi...

Kost-an tempat tinggalku adalah kost-an campuran. Kost-an tersebut di bagi menjadi wilayah cewek dan wilayah cowok. Wilayah cewek di lantai dua dan wilayah cowok di lantai satu. Di lantai satu tinggal seorang cowok yang aku sukai. Dia lebih tua setahun dariku. Kamarnya di dekat tangga menuju lantai dua, wilayah cewek. Awalnya aku tidak berani untuk menyapanya. Kemudian pada suatu hari ada suatu kejadian yang mengharuskan aku untuk masuk ke dalam kamarnya. Aku tidak ingat kenapa, akan tetapi hal tersebut membuatku sangat senang. Kamarnya cukup luas. Ada sesuatu yang menarik perhatianku, yaitu ada banyak sekali boneka-boneka mungil di lemari TV-nya. Akhirnya, semenjak hari itu aku jadi sering mengobrol dengannya dan juga sering main ke kamarnya, entah itu hanya untuk mengobrol saja ataupun mengerjakan tugas.

Suatu hari aku jalan-jalan ke mall bersama teman-teman satu kost-an. Dia juga ikut, akan tetapi kemudian dia pulang duluan karena ada urusan. Kami masih terus cuci mata di mall tersebut. Kemudian, tanpa sengaja aku melihat dia pergi dengan seorang cewek, dan cewek itu adalah seniorku di kampus. Aku cukup kaget. Aku sama sekali tidak menyangka kalau urusan yang dia maksud itu adalah “kencan” dengan seniorku. Aku sama sekali tidak tahu kalau dia sudah punya pacar. Aku pikir dia tidak punya pacar karena kupikir dia tipe anak “DKM” yang tidak pernah berpikiran untuk pacaran. Ah... rasanya hatiku sakit sekali. Aku langsung patah hati di tempat!

Aku dan teman-teman dengan penasaran membututinya (oh iya, teman-temanku tahu kalau aku suka dia). Hingga akhirnya kami ketahuan olehnya. Dia langsung menghampiri kami dan kemudian meninggalkan “pacarnya”. Aku cukup bingung dengan sikapnya.

Aku berjalan di belakang di sebelah dia. Teman-teman yang lain terlihat “sengaja” menyibukan diri dan mulai meninggalkan kami di belakang.

“Kenapa kakak ninggalin dia?” tanyaku penasaran.

“Capek...” jawabnya pelan.

Aku makin bingung.

“Kok capek?”

“Aku capek berhubungan sama dia. Kalau jalan sama dia, aku pasti akan kembali ke diriku yang dulu. Merokok, mabuk-mabukan, ke diskotik....”

Aku kaget mendengarnya.

“Terus... kenapa kakak janjian sama dia?”

“Oh... itu... aku gak pernah janjian sama dia. Tadi itu kebetulan aku melihat dia ada di sini. Jadi kebetulan sekali buat mutusin hubungan sama dia.”

“Jadi yang tadi kalian berantemin itu tentang hal ini toh.” Ujarku lega.

“Benar. Jadi kamu jangan salah paham lagi yah. Kan kamu udah ngikutin kami dari tadi dan melihat semuanya. Gak ada hal aneh yang terjadi, kan?” serunya seraya tersenyum.

“Iya. Eh... siapa yang ngikutin kakak? Kami cuma kebetulan lewat aja kok pas kakak lagi berantem. Beneran deh, serius!!” ujarku panik.

“Iya... iya... aku ngerti.” katanya seraya tersenyum sambil mengacak rambutku.

Aku berjalan menunduk di sebelahnya. Aku malu sekali dan entah kenapa aku jadi curiga sekali kalau dia sudah tahu bagaimana perasaanku kepadanya.

Hubunganku dengan dia semakin dekat. Kami semakin sering bersama dan aku semakin sering bermain ke kamarnya. Dia bersikap seolah-olah tahu bagaimana perasaanku kepadanya dan bersikap seolah-olah dia juga memiliki perasaan kepadaku. Membuatku menjadi semakin berharap.

Beberapa waktu berlalu. Kami semua (aku, teman-teman satu kost-an, dan dia yang beberapa waktu yang lalu jalan-jalan ke mall) jalan-jalan ke sebuah danau. Danau itu tidak terlalu besar. Kira-kira berdiameter 20 meter. Aku dan dia berjalan di pinggir danau sambil mengobrol. Aku mulai menikmati keindahan danau itu. Hingga akhirnya aku terhanyut dengan keindahan itu dan tanpa sadar terus berjalan meninggalkan dia yang telah berhenti berjalan. Aku baru menyadarinya setelah berada di seberang. Dia berdiri di seberang, memandangku.

“Kak!!! Kenapa masih di sana?” teriakku.

Dari seberang, aku dapat melihat mulutnya bergerak, mengatakan sesuatu. Aku tidak bisa mendengar kata-katanya. Kemudian dia tersenyum lembut kepadaku.

“Kakak bilang apa?? Aku tidak bisa dengar!” tanyaku sambil berteriak.

Dia hanya membalas dengan tersenyum....

Dan aku terbangun tanpa mengetahui apa yang di katakannya. Mimpi itu benar-benar membuatku tertegun. Aku jadi sangat penasaran dengan dia. Siapa namanya? Apakah dia nyata? Aku benar-benar ingin tahu karena di dalam mimpi itu i’m totally in love with him. Aku ingin bertemu dengannya di kehidupan nyata. Karena dia yang begitu berkesanlah aku membuat cerita ini. Setidaknya apabila aku benar-benar bertemu dengannya nanti, aku akan ingat bahwa aku pernah bertemu dia di dalam mimpi.