Dear diary
Hmm…. Hari ini aku menjalani kegiatan yang membosankan. Sekolah… belajar… berpura-pura dihadapan orang-orang yang disebut “teman”…. Dan kegiatan lainnya seperti hari-hari yang lalu.
Hah… bosan juga hidup seperti ini. Aku ingin sekali merubahnya. Tapi, gimana caranya yah, diary? Hmm… Menurutmu aku harus gimana ya?
Hah… benar-benar bingung.
Hmm… Sekarang jam sembilan malam. Ah… sudah waktunya tidur.
Kalo gitu, aku tidur dulu yah, diary. Besok malam kita sambung lagi obrolannya.
Bye…
Yuri
Dear diary
Hai! Sesuai janji. Aku datang.
Hari ini ada yang berbeda di kegiatanku. Aku senang sekali. Hari ini ada seorang “teman-ku” yang kecelakaan. Kami semua pergi menjenguknya ke rumah sakit. Keadaan dia parah sekali. Tetapi, aku berterima kasih kepadanya. Karena dia, hari ini tidak terasa membosankan. Aku pergi ke tempat yang sudah lama sekali ingin aku datangi, rumah sakit.
Hmm… kalau dia meninggal, berarti aku akan pergi ziarah ke tempat pemakaman, donk ya?? Wah… Ide bagus juga tuh pergi ke pemakaman. Kali aja aku melihat hal-hal aneh… semoga saja… hi… hi… hi…
Tapi diary, kenapa aku tetap saja merasa bosan yah??? Memang sih aku senang hari ini ada yang berubah, tetapi tetap saja terasa membosankan. Kenapa yah?
Hah… bingung!
Diary, menurutmu kenapa, ya?
Wah, tanpa terasa sudah jam sembilam lagi… aku harus tidur nih.
Bye diary, sampai jumpa besok. Doakan semoga aku bisa pergi ke pemakaman.
Yuri
Dear diary
DIARY! Kamu pasti tidak mendoakan aku. Hari ini aku tidak pergi kemana-mana. Hari-hariku kembali membosankan. Argh! Kenapa sih dia masih hidup juga hari ini? Padahal sudah tertabrak begitu parah? Ah… kesel!!
Pokoknya, besok harus ada hal baru.
Diary! Jangan lupa berdoa ya!!
Yuri
Dear diary
Diary! Tahu ga... Tahu ga!! ada yang baru loh. Senangnya... Ada seorang “teman-ku” lagi yang tiba-tiba gantung diri di toilet sekolah. Wah, aku kaget banget waktu pertama kali menemukannya. Ah, senang deh. Aku bisa pergi ke pemakaman.
Asyik!
Besok pake baju apa ya?
Oh iya, satu lagi diary. Aku melihat langsung lho pas dia mau gantung diri. Benar-benar menegangkan. Bikin deg-deg-an. Seru juga yah ternyata.
Ah, diary! Makasih ya doanya.
Senang deh ^.^
Wah! Udah jam sembilan lagi. waktu emang ga’ kerasa kalo lagi senang yah.
Aku tidur dulu yah.
Bye diary…
Yuri
Dear diary
Diary, hari ini aku sudah melihat hal yang seharusnya tidak boleh aku lihat!! Aku melihat seorang “teman-ku” yang lain mendorong hingga jatuh “teman-ku” yang lainnya dari lantai tiga gedung sekolahku. Aduh, deg-deg-an lagi. Orang-orang sekitarku aneh-aneh semua. Beberapa hari sebelumnya ada yang tertabrak mobil dan masih koma hingga sekarang. Lalu esoknya ada yang gantung diri. Setelah itu, hari ini ada pembunuhan. Mengerikan! Sungguh mengerikan. Hal mengerikan yang keren banget!
Hmm, aku mau nulis apalagi ya? Oh iya, hari ini aku pergi ke kantor polisi lho. Aku jadi saksi mata. Keren ga? Wah, hari-hariku tidak membosankan lagi. Benar-benar menyenangkan.
Lagi-lagi aku lupa waktu. Udah jam sembilan aja.
Ya udah kalo gitu diary. Aku tidur dulu yah.
Bye……
Yuri
Dear diary
Aku marah! Kenapa sih semua orang menuduhku melakukannya? Padahal kan, aku hanya merasa bosan. Kenapa mereka malah menuduhku yang tidak-tidak. Aku tidak pernah melakukannya. Aku tidak pernah menabrak temanku dengan mobil waktu hari senin pagi itu, aku ga’ pernah menggantung temanku yang sudah tidak sadarkan diri karena tercekik pada hari rabu pas istirahat siang itu, aku juga ga’ pernah menjebak temanku sehingga mendorong temanku yang lain dari gedung sekolah lantai tiga waktu pulang sekolah itu. Aku ga’ pernah melakukan apa-apa. Aku hanya merasa bosan.
Kamu sendiri tahu itu kan diary?
Kenapa mereka tidak mau percaya?
Menyebalkan!!
Mereka harus menerima akibatnya. Mereka harus diam!
Aku benar-benar marah!
Kalo gitu aku tidur dulu diary!!! Sekarang udah jam sembilan soalnya!!!
Yuri
Dear diary
Hari ini minggu. Tapi, aku tetap pergi ke sekolah karena ada kegiatan bersih-bersih. Lucu ya, padahal ada kejadian yang mengejutkan. Tetapi, sekolah tetap jalan.
Diary, tahu ga? Akhirnya mereka percaya juga. Akhirnya mereka tidak ngomong macam-macam lagi. Mereka ga’ akan pernah bicara lagi.
Ha... ha... ha... aku senang banget.
Kenapa yah mereka tiba-tiba berhenti bicara? Apa karena makanan yang aku berikan sudah meluluhkan hati mereka??? Ah, mungkin saja kan diary. Aduh! Aku baru ingat. Kalo tidak salah aku memasukkan sesuatu ke dalam makanan itu. Aku memasukkan apa ya?? Aduh, aku lupa. Ha... ha... ha... Hmm… Apa ya? Kalo ga’ salah sejenis racun tikus deh.
Ah, sudahlah! Lupakan saja. Yang penting mereka sudah diam.
Hah… senangnya. Tidak pernah aku sesenang ini. Seminggu ini benar-benar membuatku senang.
Oh iya! Tadi aku baru membaca sebuah buku. Buku tentang filsafat gitu. Katanya ada cara untuk menghilangkan penderitaan lho. Wah, kebetulan sekali kataku. Aku langsung membacanya dengan seksama. Terus ya diary, tahu ga’ apa katanya, cara menghilangkan penderitaan adalah dengan bunuh diri!! Itu Schopenhaeur lho yang ngomong.
Wah, keren banget. Pantesan yah “teman-ku” itu bunuh diri..
Hmm, sayangnya hari ini aku sedang tidak menderita. besok-besok deh. Kalo aku lagi menderita baru aku bunuh diri.
Aduh, lagi-lagi jam sembilan. Nah, aku tidur dulu ya diary.
Bye………..
Yuri
Seorang wanita setengah baya menagis tersedu-sedu setelah membaca sebuah buku harian berwarna biru. Dia memeluk buku itu dengan hati yang hancur berkeping-keping. Dia tidak percaya anak yang sangat dicintainya bisa seperti itu. Selama ini dia selalu menyangka bahwa anaknya adalah seorang anak perempuan yang manis, penurut, yang sangat menyayangi teman-temannya.
Seorang dokter wanita setengah baya juga, yang berwajah sangat lembut, menghampiri ibu itu.
“Dok…. Kenapa anak saya bisa seperti ini?? Saya tidak pernah salah mendidiknya. Saya selalu mengajarkan kedisiplinan kepadanya. Saya juga selalu mengajarkan untuk menjadi anak yang baik dan membuat bangga orang tua. Kenapa Yuri malah jadi seperti ini??” seru wanita setengah baya itu begitu sang dokter berdiri di dekatnya.
“Bagi Ibu, cara mendidik itu tidak salah. Tapi, bagi Yuri, itu mungkin berbeda. Membuat dia menjadi tertutup, terus memaksakan diri, dan selalu berpura-pura.” kata dokter itu lembut.
Wanita setengah baya itu terdiam mendengar kata-kata dokter itu.
“Yuri sudah tenang. Ibu sudah boleh melihatnya.” lanjut dokter itu.
Wanita setengah baya itu segera mengangguk dan kemudian masuk ke dalam kamar pasien. Seorang gadis yang terlihat sangat pucat, bernama Yuri, terbaring lemas di atas tempat tidur di kamar itu. Wanita itu kembali menangis begitu melihat keadaan anaknya. Dia langsung memeluk anak semata wayangnya itu.
“Maafin mama sayang… mama tidak akan mengulanginya lagi… mama akan mendengarkan apapun yang kamu katakan… Maafin mama… Maafin mama…” isak wanita itu.
Yuri terlihat seperti tidak mendengarkan perkataan Ibu-nya itu. Matanya terus menatap langit-langit kamar rumah sakit jiwa itu…
Dear diary
Hari ini aku merasa sangat menderita. Aku benar-benar muak dengan hidup ini. Aku bosan seperti ini. Membunuh semua teman-temanku hanya memberi kepuasan sementara. Kesepian tetap saja tidak mau beranjak.
Aku ingin mati!! Aku ingin bunuh diri!!!
Tapi, aku baru ingat sesuatu. Sepertinya ada yang terlewat olehku saat membaca buku filsafat kemaren. Oh iya! Ada cara lain lagi agar terbebas dari penderitaan. Kata schopenhaeur, cara lainnya yaitu menjadi gila. Apa aku memilih menjadi gila saja ya? Sepertinya menyenangkan juga.
Ha… ha… ha… ha…
Bye diary-ku tersayang……
Yuri
-THE END-